Dalam kehidupan berbangsa bernegara dan
bermasyarakat kita berpegang pada ideologi pancasila. Pancasila telah diterima
sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat. Pembudayaan pancasila dalam kehidupan sehari-hari telah
digalakkan.
Kelemahannya, pengamalan atau pembudayaan
pancasila tersebut belum sepenuhnya terwujud. Ini adalah tantangan bagi seluruh
bangsa indonesia dan jika ideologi pancasiala tersebut tidak dapat memberikan
hidup lebih baik bukan tidak mungkin akan ditinggalkan oleh masyarakat.
Apabila dicermati, sesungguhnya nilai-nilai
Pancasila itu memenuhi kriteria sebagai puncak-puncak kebudayaan, sebagai
kerangka-acuan-bersama, bagi kebudayaan – kebudayaan di daerah:
(1) Sila Pertama, menunjukan tidak satu pun sukubangsa ataupun
golongan sosial dan komuniti setempat di Indonesia yang tidak mengenal
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
(2) Sila Kedua, merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh
segenap warganegara Indonesia tanpa membedakan asal-usul kesukubangsaan,
kedaerahan, maupun golongannya;
(3) Sila Ketiga, mencerminkan nilai budaya yang menjadi kebulatan
tekad masyarakat majemuk di kepulauan nusantara untuk mempersatukan diri
sebagai satu bangsa yang berdaulat;
(4) Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang luas persebarannya
di kalangan masyarakat majemuk Indonesia untuk melakukan kesepakatan melalui
musyawarah. Sila ini sangat relevan untuk mengendalikan nilai-nilai budaya yang
mendahulukan kepentingan perorangan;
(5) Sila Kelima, betapa nilai-nilai keadilan sosial itu menjadi
landasan yang membangkitkan semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikutserta
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.
Sekedar menambah wawasan untuk sampai pada
kesimpulan bahwa konsep yang terdapat dalam Pancasila itu memang merupakan living reality masyarakat,
berikut disampaikan beberapa ungkapan yang dapat ditemui di berbagai daerah.
Minangkabau
Bulat air oleh pembuluh, bulat kata oleh
mufakat – konsep sorvereinitas.
Adat basandi syarak, syarak basandi
Kitabullah – konsep religiositas.
Syarak mangato, adat memakai.
Adat nan kawi, syarak nan lazim.
Penghulu beraja ke mufakat, mufakat beraja
pada kebenaran – konsep humanitas.
Minahasa
Pangilekenta waja si Empung si Rumer
reindeng rojor – konsep religiositas.
(Sekalian kita maklum bahwa yang memberikan
rahmat yakni Tuhan Yang Maha Esa).
O Empung renga-rengan wengkesan umei i la
leindeng – konsep religiositas
(Tuhan yang seumur dengan dunia ini,
bukakan jalan dan bukalah hati supaya selalu memujaMu).
Tia kaliuran si masena impalampangan –
konsep religiositas
(Jangan lupa kepada “Dia” yang memberi
terang).
Lampung
Tebak cotang di serambi, mufakat dilemsesat
– konsep sovereinitas
(Simpang siur di luar, mufakat di dalam
balai).
Bolaang Mangondow
Na’ buah pinayung – konsep
nasionalitas/persatuan
(Tetap bersatu dan rukun).
Madura
Abantal sadat, sapo’ iman, payung Allah –
konsep religiositas
(Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa).
Bugis/Makassar, Sulawesi Selatan
Tak sakrakai allowa ritang ngana langika –
konsep religiositas
(Matahari tak akan tenggelam di tengah
langit).
Bengkulu
Kalau takut dilambur pasang, jangan berumah
di pinggir pantai.
Maluku
Kaulete mulowang lalang walidase nausavo
sotoneisa etolomai kukuramese upasasi netane kwelenetane ainetane – konsep
humanitas dan persatuan
(Mari kita bersatu baik di laut maupun di
darat untuk menentang kezaliman).
Batak (Mandailing)
Songon siala sampagul rap tuginjang rap tu
toru – konsep persatuan dan kebersamaan.
(Berat sama dipanggul, ringan sama
dijinjing)
Batak (Toba)
Sai masia minaminan songon lampak ni
pisang, masitungkol tungkolan songon suhat dirobean – konsep persatuan
(Biarlah kita bersatu seperti batang pisang
dan mendukung seperti pohon tales di kebun)
Ungkapan-ungkapan tersebut menggambarkan
bahwa konsep yang terkandung dalam Pancasila hidup tersebar di seluruh antero
bumi Nusantara.
Perguruan Tinggi adalah suatu komunitas
ilmiah. Suatu komunitas yang memiliki karakteristik akademik. Disinilah
tempat dimana produk intelektual dilahirkan, dikembangkan dan
diimplementasikan. Dengan kata lain perguruan tinggi merupakan
laboratorium bagi masyarakat, yang memberikan kontribusi bagi terciptanya
proses pemberdayaan berfikir sesuai dengan khasanah ilmu dan kapasitas yang
dimiliki untuk dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Esensi peran dan fungsi perguruan tinggi
tersebut tertuang kedalam pola orientasi yang menjadi bagian dari kegiatan
akademik atau yang biasa dikenal dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi
(Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian).
Sikap chauvinisme dikalangan mahasiswa
tentu akan berefek negatif dalam pembangunan menuju Indonesia yang maju. Dengan
adanya sikap chauvinisme tentu akan memecah belah persatuan Indonesia yang
tentu akan menghambat pembangunan nasional.
Untuk itulah pendidikan Pancasila di
Perguruan Tinggi sangat diperlukan. Yaitu untuk membentuk kepribadian generasi
muda yang memiliki moral baik.
Selain itu, Pancasila juga dijadikan
sebagai Paradigma dalam pembangunan social-budaya di lingkungan kampus. Karena
dalam sila-sila pancasila memiliki kandungan nilai yang bersikap Humanistik,
yang artinya bahwa sila-sila dalam pancasila bersumber pada harkat dan martabat
manusia.
No comments:
Post a Comment