Monday, 4 November 2013

Cerpen Diterpa Godaan Wanita



Pagi itu di sebuah gubuk derita hiduplah sekelompok manusia setengah jadi yang di sebut para anak muda sebagai ABG . Mereka tinggal bertiga salah seorang anak dari sekelompok tersebut terbangun duluan dan melihat sekeliling dengan mata sayup-sayup ternyata temen-temennya yang lainnya masih tertidur ketika dia hendak membangunkan mereka semua suatu hal terjadi suasana rumah pun mencekam di pagi yang cerah itu, tercium bau yang tak sedap di mana-mana ternyata kucing yang mereka punya kencing di karpet yang mereka tiduri tersebut.
“Oy…oyy…. Bangun kucing Arif kencing di kapet”
“whattt….. celanakuuu lembab ni”
“celanaku bau pesing ni”
“sudah sudahh tidak ap la kucing-Ku khilaf”
Begitu kata arif kepada dua temannya tersebut, mereka berdua pun dengan berat hati menerima kekhilafan kucing arif tersebut, tiba-tiba mereka melihat jam ternyata jam sudah menunjukkan pukul 07.00 mereka pun harus buru-buru mandi dan sekali lagi terjadi konflik yang tak mereka duga disana mereka berebut siapa yang akan mandi duluan, terjadi perang mulut antara mereka bertiga yang di warnai melayangnya sabun colek, shampoo, botol air mineral, kulkas, TV, dll.
“woiiii…. Sudah cukup perangnya kapan kita mandi ni”
“begini saja kita mandi bertiga aja gimana”
“oke…oke.. udh jam brapa ini, mau gimana lagi mau tak mau”
Terjadi lah hal yang paling menakutkan munculnya monster berkaki enam, selesai mandi mereka pun siap-siap berangkat ke sekolah mereka masing-masing, salah satu dari mereka bersekolah di SMA 11 Kota Jambi, dia la si Arif tersebut anak setengah tinggi cenderung pendek, setengah ganteng cenderung jelek , setengah putih cenderung hitam, tinggalnya di kosan didekat sekolahnya tersebut jadi dia tidak perlu repot-repot seperti kedua temannya tersebut.
Keahliannya dapat menelan paramex gak pake minum, begitu kata teman-temanya, dia adalah siswa yang tak patut di contoh pergi sekolah selalu telat padahal kosannya dekat dengan sekolahnya sangat tidak patut dicontoh masuk sekolah selalu lewat belakang alias semak-semak yang berada dibelakang sekolah tersebut itu adalah jalan satu-satunya agar tidak kena tangkap oleh petugas piket yang ada didepan gerbang sekolah tersebut.
Bel sekolah pun berbunyi para siswa-siswi pun masuk ke kelas mereka masing-masing , Arif duduk di bangku kelas X 7 dia duduk dengan cewek anak baru pindahan dari batam karena di kelasnya salah seorang siswanya pindah jadi di gantikan dengan siswa baru dan Arif pun mulai bertindak.
“Hai.”
“Iya, hai juga”
“Boleh kenalan gak ?”
“Boleh”
“Nama kamu siapa”
“Maharani”
“Panggilannya ?
“Rani”
“Oh, anak mana ?”
“Aku belum punya anak la”
“(emosi tingkat kabupaten) Eee maksudku kamu rumahnya dimana”
“Ya ditinggal lah masak di bawa-bawa”
“(garuk-garuk pantat) Iya iya maaf, kalo gitu boleh minta nomor hpnya nggak”
“Ya nggak la kalo kamu minta aku pake apa”
“(pulang kerumah ambil baygon)”
Akhirnya Arif pun menyerah dengan wanita di sebelahnya itu, jam keluar main pun berbunyi Arif dan teman-temannya bekumpul di kantin tempat biasa mereka nongkrong dan Arif pun menceritakan tentang kejadian yang terjadi di kelas tadi.
 “Beh,,,, parah nian anak baru di kelas kita tu sinis nian sikapnya”
“cabei be mulutnya tu”
Begitu kata Putra salah satu teman dekat arif .
“Benar-benar put di cabei ngapa dak di gulai be skalian”
“Jadi baseng la”
Dan begitu terus mereka semua bercanda melepas kepenatan karena pelajaran yang mereka terima sehari-hari. Suatu ketika anak baru itu pun lewat di hadapan mereka tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulut si anak baru itu mereka tercengang melihat dia,”Waduh sombong sekali tu anak baru”. Begitu kata sandi masih ada hubungan teman juga dengan Arif, dan sekali lagi bel masuk pun berbunyi mereka pun kembali masuk ke kelas, pelajaran kali ini adalah pelajaran yang Arif sukai yaitu PLH bapak Gita lah guru yang mengajar plh tersebut sayang karena hujan mengguyur sekolah tersebut jadi pak gita tidak masuk ke kelas untuk mengajar.
Sampai bel pulang berbunyi guru pun tak kunjung datang ke kelas tersebut akhirnya Arif pulang tapi karena hujan deras jadi dia menunggu hujan reda di kelasnya bersama anak baru tersebut yang tak kunjung di jemput dengan tantenya mereka berdua mulai saling memandang satu sama lain Arif yang tadinya kurang suka dengan wanita tersebut kini muncul sedikit rasa suka pada wanita tersebut, tanpa arif sadari wanita tersebut juga menyukai arif pada pandangan pertama.
Ternyata secuek-cueknya seorang wanita pasti ada sisi feminimnya tapi secuek-cueknya pria pasti gak ad sisi feminimnya sangat mengagumkan waktu terus bergulir hujan pun reda sang wanita pun masih tak kunjung di jemput Arif sengaja tak pulang ke kosannya di menemani wanita tersebut Arif pun memberanikan diri untuk menegur wanita itu untuk yang ketiga kalinya.
“Hai Rani masih belum di jemput ya ?”
“Belum Rif”
“Ya udah pulang dengan aku aja gimana ?”
“Boleh, emang kamu bawa ap ?”
“Gak bawa apa-apa”
“Loh... jadi kita pulangnya gimana”
“Naik ojek dong.”
“Mana ada ojek sehabis ujan gini”
“ada kok !!”
“Mana ?”
“Ojek gendong dong mau dak hahahahahah”
“hahahahahaha kamu ni lucu ya orangnya”
“Ya dong Arif gitu loh”
Tanpa terasa waktu telah bergulir lama akhirnya setelah penantian panjang akhirnya Rani pun di jemput oleh tantenya Arif pun pulang ke kosannya dengan wajah gembira senangnya terpancar menyilaukan wajah hitamnya itu , sesampainya di rumah kosannya dia mendapati teman-temanya sedang melahap lauk jatah makan siangnya Arif pun tak segan menyerebot makanan yang sedang temanya makan tersebut tanpa basa-basi lagi dia langsung melahap apa yang ada di depannya bahkan tangan temanya pun hampir putus di gigitnya.
“Yang benar rif tangan aku ni bukan daging nak kau embat juga”
“Salah sendiri jatah makan aku kamu embat juga”
“Kau tu lama nian baleknya” ujar teman Arif , Arif pun sadar bahwa itu salahnya Arif pun terdiam malu di depan teman-temannya itu dengan nasi yang masih penuh di dalam mulutnya mukanya mulai membiru menandakan bahwa dia akan tersedak akibat makanan yang ada dalam mulutnya tersebut karena Arif sudah mulai sulit bernafas teman-temanya pun mulai menyeluarkan jurus mereka masing-masing yang di tujukan ke arah punggung Arif
“BAK!!!!!!...buk!!!!...Celentang…..Kedemping” begitulah bunyi punggungnya pada saat lagi di pukul oleh temanya dan makanan pun keluar semua dari mulutnya tidak disangka dia menelan tulang ayam sebesar jempol temanya tertawa terbahak-bahak, wajah memerah menahan malu akibat kerakusannya memakan makanannya. Sehabis makan bersama teman-temanya Arif mendapat sms dari Putra temannya yang berisikan “Rif kita kerja kelompok dirumah aku jam 04.00”
Arif tersentak melihat jam dinding yang menunjukan sudah jam setengah empat, Arif pun tunggang langgang lekas bersiap mau ke rumah Putra karena sebentar lagi jam empat, semua ini gara-gara dia lama di sekolah menunggu Rani di jemput tantenya, tanpa mengganti baju terlebih dahulu Arif lansung pergi ke rumah Putra dengan memakai baju sekolahnya itu.
“Rif mau kemana lagi baru pulang mau pergi lagi ?” teman kosnya bertanya. Dengan memasang wajah curiga.
“Kepo…. Nian kamu ni” Arif enggan menyatakan tujuan dia kemana, Arif pun lansung pergi begitu saja meninggalkan temannya yang berwajah seperti Harimau mau menerkam mangsanya, dengan tampang pas-pasan diikuti bau badan yang hampir menyamai bau pasar angso duo dia sampai di rumah Putra, sebelum Arif masuk rumah Putra dia berhenti di depan kaca dan merapikan rambutnya yang acak-acakan tersebut, tanpa ia sangka ternyata Rani sekelompok dengannya. Sialan.
“Assalammuallaikum” dengan lantang Arif mengucapkan salam.
“waallaikumsallam” Putra, Rani dan yang lainnya membalas salam Arif.
Arif masuk lansung duduk di sebelah Putra yang sedang menuangkan air sirup ke gelas untuk temannya, sekali lagi Arif menyerobot sirup yang ada di depannya luar biasa dalam sekejap sirup itu lansung habis diminum Arif.
“Haus Rif?” Putra bertanya.
“Asli….. jauh perjalanan aku jok sampe sini melewati berbagai cobaan yang menerpa di jalan dengan sekuat hati aku berusaha melewatinya” dengan wajah bersemangat dia mengucapkan kata itu dengan tegas.
“Ahh….. lebay Arif ni segitu nian” Giliran rani lagi yang bicara dengan Arif.
Mereka mulai ke tujuan utama mereka yaitu belajar kelompok suasana hening sekali di rumah Putra tanpa ada sepatah kata keluar dari mereka dengan wajah yang serius sekali mereka belajar menyerjakan tugas sekolah mereka yang akan di kumpul besok, tiba-tiba “preeeeerttt” Arif terkentut di tengah seriusnya belajar.
“Beeehhh bau bangke” kata putra mengomentari bau aroma terapi yang dikeluarkan Arif, suasana pecah yang tadinya hening menjadi rame dan manusia yang ada di dalam rumah tersebut keluar semua karena bau aroma tersebut telah menyebar di rumah Putra dan sekitarnya, karena Arif udah terbiasa dengan aroma itu jadi hanya dia yang ada di dalam rumah itu, tidak disangka Arif tidak ada sedikit pun rasa malu keluar dari wajah blasterannya itu.
“Arif ni kentut jangan sembarangan la coba” Rani mulai emosi menggenggam pena yang di bawanya dari dalam dengan keras.
“Iya iya maaf kelepas, lain kali dak ku ulangi lagi kok janji” Arif mengucapkan janji sucinya kepada teman-temanya itu.
Dan mereka semua kembali masuk kerumah dan kembali belajar , selang beberapa waktu semua tugas telah selesai dan mereka bersiap-siap untuk pulang, tapi Rani dan Arif belum mau pulang karena Rani lagi-lagi belum dijemput. Arif dan Putra berbincang-bincang dengan Rani di depan teras rumah Putra sambil menunggu, menunggu dan menunggu hari pun menjelang magrib Putra pergi ke dapur mengambil makanan Arif dan Rani pun mengobrol Arif sebenarnya brtujuan ingin menyatakan perasaannya dengan Rani namun takut ketahuan Putra dan Arif pun mengurungkan niatnya.
1 tahun hampir berlalu ujian semester genap telah berakhir, hari pembagian raport tiba Arif mendaptkan rangking 1 walaupun Arif anaknya nakal tapi dia adalah siswa terpintar di kelasnya sebelum pulang sekolah dari pengambilan raport Arif menemui Rani terlebih dahulu Arif bertanya
“Ran kelas dua masih di jambi kan ?”
“nggak Rif aku kelas dua di Batam”
Arif pun terpukul mendengar kata-kata itu, padahal arif akan mengatakan perasaannya yang tak sempat ia sampaikan kepada Rani arif pun galau tingkat dewa dan dia memendam perasaan itu dalam-dalam dia hanya tersenyum melihat Rani pergi pulang meninggalkan sekolah bersama tantenya.
selesai*

Profil Pengarang: https://twitter.com/PWastu 

No comments:

Post a Comment

© 2012 Segenggam Cahaya | Powered by Blogger | Design by Enny Law - Supported by IDcopy