Pagi itu di sebuah gubuk derita
hiduplah sekelompok manusia setengah jadi yang di sebut para anak muda sebagai
ABG . Mereka tinggal bertiga salah seorang anak dari sekelompok tersebut
terbangun duluan dan melihat sekeliling dengan mata sayup-sayup ternyata
temen-temennya yang lainnya masih tertidur ketika dia hendak membangunkan
mereka semua suatu hal terjadi suasana rumah pun mencekam di pagi yang cerah
itu, tercium bau yang tak sedap di mana-mana ternyata kucing yang mereka punya
kencing di karpet yang mereka tiduri tersebut.
“Oy…oyy…. Bangun kucing Arif
kencing di kapet”
“whattt….. celanakuuu lembab ni”
“celanaku bau pesing ni”
“sudah sudahh tidak ap la
kucing-Ku khilaf”
Begitu kata arif kepada dua
temannya tersebut, mereka berdua pun dengan berat hati menerima kekhilafan
kucing arif tersebut, tiba-tiba mereka melihat jam ternyata jam sudah
menunjukkan pukul 07.00 mereka pun harus buru-buru mandi dan sekali lagi
terjadi konflik yang tak mereka duga disana mereka berebut siapa yang akan
mandi duluan, terjadi perang mulut antara mereka
bertiga yang di warnai melayangnya sabun colek, shampoo, botol air mineral,
kulkas, TV, dll.
“woiiii…. Sudah cukup perangnya
kapan kita mandi ni”
“begini saja kita mandi bertiga
aja gimana”
“oke…oke.. udh jam brapa ini, mau
gimana lagi mau tak mau”
Terjadi lah hal yang paling
menakutkan munculnya monster berkaki enam, selesai mandi mereka pun siap-siap
berangkat ke sekolah mereka masing-masing, salah satu dari mereka bersekolah di
SMA 11 Kota Jambi, dia la si Arif tersebut anak setengah tinggi cenderung
pendek, setengah ganteng cenderung jelek , setengah putih cenderung hitam, tinggalnya di kosan didekat
sekolahnya tersebut jadi dia tidak perlu repot-repot seperti kedua temannya
tersebut.
Keahliannya dapat menelan paramex
gak pake minum, begitu kata teman-temanya, dia adalah siswa yang tak patut di
contoh pergi sekolah selalu telat padahal kosannya dekat dengan sekolahnya
sangat tidak patut dicontoh masuk sekolah selalu lewat belakang alias
semak-semak yang berada dibelakang sekolah tersebut itu adalah jalan
satu-satunya agar tidak kena tangkap oleh petugas piket yang ada didepan
gerbang sekolah tersebut.
Bel sekolah pun berbunyi para
siswa-siswi pun masuk ke kelas mereka masing-masing , Arif duduk di bangku
kelas X 7 dia duduk dengan cewek anak baru pindahan dari batam karena di
kelasnya salah seorang siswanya pindah jadi di gantikan dengan siswa baru dan
Arif pun mulai bertindak.
“Hai.”
“Iya, hai juga”
“Boleh kenalan gak ?”
“Boleh”
“Nama kamu siapa”
“Maharani”
“Panggilannya ?”
“Rani”
“Oh, anak mana ?”
“Aku belum punya anak la”
“(emosi tingkat kabupaten) Eee
maksudku kamu rumahnya dimana”
“Ya ditinggal lah masak di
bawa-bawa”
“(garuk-garuk pantat) Iya iya
maaf, kalo gitu boleh minta nomor hpnya nggak”
“Ya nggak la kalo kamu minta aku
pake apa”
“(pulang kerumah ambil baygon)”
Akhirnya Arif pun menyerah dengan
wanita di sebelahnya itu, jam keluar main pun berbunyi Arif dan teman-temannya
bekumpul di kantin tempat biasa mereka nongkrong dan Arif pun menceritakan tentang kejadian yang terjadi di kelas tadi.
“Beh,,,, parah nian anak baru di
kelas kita tu sinis nian sikapnya”
“cabei be mulutnya tu”
Begitu kata Putra salah satu teman dekat arif .
“Benar-benar put di cabei ngapa dak di gulai be skalian”
“Jadi baseng la”
Dan begitu terus mereka semua bercanda melepas kepenatan karena pelajaran
yang mereka terima sehari-hari. Suatu ketika anak baru itu pun lewat di hadapan
mereka tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulut si anak baru itu mereka
tercengang melihat dia,”Waduh sombong sekali tu anak baru”. Begitu kata sandi
masih ada hubungan teman juga dengan Arif, dan sekali lagi bel masuk pun
berbunyi mereka pun kembali masuk ke kelas, pelajaran kali ini adalah pelajaran
yang Arif sukai yaitu PLH bapak Gita lah guru yang mengajar plh tersebut sayang
karena hujan mengguyur sekolah tersebut jadi pak gita tidak masuk ke kelas
untuk mengajar.
Sampai bel pulang berbunyi guru pun tak kunjung datang ke kelas tersebut
akhirnya Arif pulang tapi karena hujan deras jadi dia menunggu hujan reda di
kelasnya bersama anak baru
tersebut yang tak kunjung di jemput dengan tantenya mereka berdua mulai saling memandang satu sama
lain Arif yang tadinya kurang
suka dengan wanita tersebut kini muncul sedikit rasa suka pada wanita tersebut,
tanpa arif sadari wanita tersebut juga menyukai arif pada pandangan pertama.
Ternyata secuek-cueknya seorang wanita pasti ada sisi feminimnya tapi
secuek-cueknya pria pasti gak ad sisi feminimnya sangat mengagumkan waktu terus
bergulir hujan pun reda sang wanita pun masih tak kunjung di jemput Arif
sengaja tak pulang ke kosannya di menemani wanita tersebut Arif pun
memberanikan diri untuk menegur wanita itu untuk yang ketiga kalinya.
“Hai Rani masih belum di jemput ya ?”
“Belum Rif”
“Ya udah pulang dengan aku aja gimana ?”
“Boleh, emang kamu bawa ap ?”
“Gak bawa apa-apa”
“Loh... jadi kita pulangnya gimana”
“Naik ojek dong.”
“Mana ada ojek sehabis ujan gini”
“ada kok !!”
“Mana ?”
“Ojek gendong dong mau dak hahahahahah”
“hahahahahaha kamu ni lucu ya orangnya”
“Ya dong Arif gitu loh”
Tanpa terasa waktu telah bergulir lama akhirnya setelah penantian panjang
akhirnya Rani pun di jemput oleh tantenya Arif pun pulang ke kosannya dengan
wajah gembira senangnya terpancar menyilaukan wajah hitamnya itu , sesampainya
di rumah kosannya dia mendapati teman-temanya sedang melahap lauk jatah
makan siangnya Arif pun tak segan menyerebot makanan yang sedang temanya makan
tersebut tanpa basa-basi lagi dia langsung melahap apa yang ada di depannya
bahkan tangan temanya pun hampir putus di gigitnya.
“Yang benar rif tangan aku ni
bukan daging nak kau embat juga”
“Salah sendiri jatah makan aku
kamu embat juga”
“Kau tu lama nian baleknya” ujar
teman Arif , Arif pun sadar bahwa itu salahnya Arif pun terdiam malu di depan
teman-temannya itu dengan nasi yang masih penuh di dalam mulutnya mukanya mulai
membiru menandakan bahwa dia akan tersedak akibat makanan yang ada dalam
mulutnya tersebut karena Arif sudah mulai sulit bernafas teman-temanya pun
mulai menyeluarkan jurus mereka masing-masing yang di tujukan ke arah punggung
Arif
“BAK!!!!!!...buk!!!!...Celentang…..Kedemping”
begitulah bunyi punggungnya pada saat lagi di pukul oleh temanya dan makanan
pun keluar semua dari mulutnya tidak disangka dia menelan tulang ayam sebesar
jempol temanya tertawa terbahak-bahak, wajah memerah menahan malu akibat
kerakusannya memakan makanannya. Sehabis makan bersama teman-temanya Arif
mendapat sms dari Putra temannya yang berisikan “Rif kita kerja kelompok
dirumah aku jam 04.00”
Arif tersentak melihat jam dinding
yang menunjukan sudah jam setengah empat, Arif pun tunggang langgang lekas
bersiap mau ke rumah Putra karena sebentar lagi jam empat, semua ini gara-gara
dia lama di sekolah menunggu Rani di jemput tantenya, tanpa mengganti baju
terlebih dahulu Arif lansung pergi ke rumah Putra dengan memakai baju
sekolahnya itu.
“Rif mau kemana lagi baru pulang
mau pergi lagi ?” teman kosnya bertanya. Dengan memasang wajah curiga.
“Kepo…. Nian kamu ni” Arif enggan
menyatakan tujuan dia kemana, Arif pun lansung pergi begitu saja meninggalkan
temannya yang berwajah seperti Harimau mau menerkam mangsanya, dengan tampang
pas-pasan diikuti bau badan yang hampir menyamai bau pasar angso duo dia sampai
di rumah Putra, sebelum Arif masuk rumah Putra dia berhenti di depan kaca dan
merapikan rambutnya yang acak-acakan tersebut, tanpa ia sangka ternyata Rani
sekelompok dengannya. Sialan.
“Assalammuallaikum” dengan lantang
Arif mengucapkan salam.
“waallaikumsallam” Putra, Rani dan
yang lainnya membalas salam Arif.
Arif masuk lansung duduk di
sebelah Putra yang sedang menuangkan air sirup ke gelas untuk temannya, sekali
lagi Arif menyerobot sirup yang ada di depannya luar biasa dalam sekejap sirup
itu lansung habis diminum Arif.
“Haus Rif?” Putra bertanya.
“Asli….. jauh perjalanan aku jok
sampe sini melewati berbagai cobaan yang menerpa di jalan dengan sekuat hati
aku berusaha melewatinya” dengan wajah bersemangat dia mengucapkan kata itu
dengan tegas.
“Ahh….. lebay Arif ni segitu nian”
Giliran rani lagi yang bicara dengan Arif.
Mereka mulai ke tujuan utama
mereka yaitu belajar kelompok suasana hening sekali di rumah Putra tanpa ada
sepatah kata keluar dari mereka dengan wajah yang serius sekali mereka belajar
menyerjakan tugas sekolah mereka yang akan di kumpul besok, tiba-tiba
“preeeeerttt” Arif terkentut di tengah seriusnya belajar.
“Beeehhh bau bangke” kata putra
mengomentari bau aroma terapi yang dikeluarkan Arif, suasana pecah yang tadinya
hening menjadi rame dan manusia yang ada di dalam rumah tersebut keluar semua
karena bau aroma tersebut telah menyebar di rumah Putra dan sekitarnya, karena
Arif udah terbiasa dengan aroma itu jadi hanya dia yang ada di dalam rumah itu,
tidak disangka Arif tidak ada sedikit pun rasa malu keluar dari wajah
blasterannya itu.
“Arif ni kentut jangan sembarangan
la coba” Rani mulai emosi menggenggam pena yang di bawanya dari dalam dengan
keras.
“Iya iya maaf kelepas, lain kali
dak ku ulangi lagi kok janji” Arif mengucapkan janji sucinya kepada
teman-temanya itu.
Dan mereka semua kembali masuk
kerumah dan kembali belajar , selang beberapa waktu semua tugas telah selesai
dan mereka bersiap-siap untuk pulang, tapi Rani dan Arif belum mau pulang karena
Rani lagi-lagi belum dijemput. Arif dan Putra berbincang-bincang dengan Rani di
depan teras rumah Putra sambil menunggu, menunggu dan menunggu hari pun
menjelang magrib Putra pergi ke dapur mengambil makanan Arif dan Rani pun
mengobrol Arif sebenarnya brtujuan ingin menyatakan perasaannya dengan Rani
namun takut ketahuan Putra dan Arif pun mengurungkan niatnya.
1 tahun hampir berlalu ujian
semester genap telah berakhir, hari pembagian raport tiba Arif mendaptkan
rangking 1 walaupun Arif anaknya nakal tapi dia adalah siswa terpintar di
kelasnya sebelum pulang sekolah dari pengambilan raport Arif menemui Rani
terlebih dahulu Arif bertanya
“Ran kelas dua masih di jambi kan
?”
“nggak Rif aku kelas dua di Batam”
Arif pun terpukul mendengar
kata-kata itu, padahal arif akan mengatakan perasaannya yang tak sempat ia
sampaikan kepada Rani arif pun galau tingkat dewa dan dia memendam perasaan itu
dalam-dalam dia hanya tersenyum melihat Rani pergi pulang meninggalkan sekolah
bersama tantenya.
selesai*
No comments:
Post a Comment