BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Unsur
transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d
yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini
menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang
tidak dimiliki oleh unsur-unsur golongan utama, seperti sifat magnetik,
warna ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks.
Unsur transisi periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc),
Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co),
Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
Dalam
satu periode dari kiri (Sc) ke kanan (Zn), keelektronegatifan unsur hampir
sama, tidak meningkat maupun menurun secara signifikan. Selain itu, ukuran atom
(jari-jari unsur) serta energi ionisasi juga tidak mengalami perubahan
signifikan. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa semua unsur transisi
periode keempat memiliki sifat kimia dan sifat fisika yang serupa. Hal ini
berbeda dengan unsur utama yang mengalami perubahan sifat yang sangat
signifikan dalam satu periode.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah :
1.2.1 Untuk
mengetahui unsur apa saja yang terdapat pada unsur transisi periode keempat.
1.2.2 Manfaat
dan kegunaan dari unsur transisi periode keempat
1.2.3 Untuk
menjelaskan sifat fisis dan sifat kimia unsur-unsur periode ke empat.
1.3 Metode
Metode yang kami gunakan pada penulisan makalah
ini adalah metode deskriptif.
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Unsur Transisi Periode Keempat dan Logam Transisi Periode
Keempat
Unsur transisi
adalah unsur yang dapat menggunakan elektron pada kulit terluar dan kulit
pertama terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur yang lain.
Unsur transisi periode keempat
umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d yang belum terisi penuh
(kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini menyebabkan unsur transisi
periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh
unsur-unsur golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas
katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi periode
keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti),
Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni),
Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
1. Skandium
(Sc) skandium ditemukan dalam berbagai bijih logam, tetapi keberadaannya di
alam jarang ditemukan. Keberadaannya di alam diperkirakan antara 5 ppm hingga
30 ppm. Contoh senyawa yang mengandung skandium adalah Sc(OH)3 dan
Na3ScF6.
2. Titanium (Ti)
merupakan logam ke sembilan terbanyak 0,6 persen kerak bumi. Titanium di alam
dapat ditemukan dalam mineral rutil (TiO2) dan ilmenit (FeTiO3).
Contohnya senyawa yang mengandung unsur Titanium TiCl4.
3. Vanadium (V) adalah
logam abu-abu yang keras dan tersebar luas dikulit bumi sekitar 0,02 % massa.
Vanadium ditemukan dalam mineral vanadit (Pb3(VO4)2),
patronit (V2S5), dan karnotit (K2(UO2)2(VO4)3H2O).
Contoh senyawa yang mengandung unsur vanadium adalah V2O5 yang
digunakan untuk katalis pada pembuatan asam sulfat.
4. Kromium (Cr), terletak
pada golongan VI B periode keempat dan merupakan salah satu logam yang penting
ditemukan sekitar 122 ppm dalam kerak bumi. Kromonium ditemukan dalam mineral
kromit (FeCr2O4).
5. Mangan (Mn), ditemukan
dalam mineral pirolusit (MnO2). Contoh senyawa yang mengandung unsur
mangan adalah KMnO4, yang banyak digunakan sebagai zat pengoksidasi
dalam analisi di labolatorium.
6. Besi (Fe) adalah unsur
yang cukup melimpah di kerak bumi (sekitar 6,2% massa kerak bumi). Besi jarang
ditemukan dalam keadaan bebas di alam. Besi umumnya ditemukan dalam bentuk
mineral (bijih besi), seperti hematite (Fe2O3), siderite
(FeCO3), dan magnetite (Fe3O4). Logam Besi
bereaksi dengan larutan asam klorida menghasilkan gas hidrogen. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
Fe(s) + 2 H+(aq)
——> Fe2+(aq) + H2(g)
Larutan asam sulfat pekat dapat
mengoksidasi logam Besi menjadi ion Fe3+. Sementara larutan asam nitrat pekat
akan membentuk lapisan oksida Fe3O4 yang dapat menghambat reaksi lebih lanjut.
Umumnya, Besi dijumpai dalam bentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +2 dan +3.
Beberapa contoh senyawa Besi (II) antara lain FeO (hitam), FeSO4. 7H2O
(hijau), FeCl2 (kuning), dan FeS (hitam). Ion Fe2+ dapat
dengan mudah teroksidasi menjadi ion Fe3+ bila terdapat gas
oksigen yang cukup dalam larutan Fe2+. Sementara itu, senyawa
yang mengandung ion Besi (III) adalah Fe2O3 (coklat-merah)
dan FeCl3 (coklat).
7. Kobalt
(Co) di alam diperoleh sebagai bijih smaltit (CoAs2) dan kobaltit
(CoAsS) yang biasanya berasosiasi dengan Ni dan Cu.
8. Bijih nikel (Ni) di alam banyak ditemukan dalam mineral petlantdit
[(Fe,Ni)9S8) dan gernarit(H2(NiMg)SiO4-. 2H2O).
9. Tembaga (Cu) merupakan unsur yang jarang ditemukan di alam (precious
metal). Tembaga umumnya ditemukan dalam bentuk senyawanya, yaitu bijih mineral,
seperti Pirit tembaga (kalkopirit) CuFeS2, bornit (Cu3FeS3),
kuprit (Cu2O), melakonit (CuO), malasit (CuCO3.Cu(OH)2).
Semua senyawa Tembaga (I) bersifat diamagnetik dan tidak berwarna (kecuali Cu2O
yang berwarna merah), sedangkan semua senyawa Tembaga (II) bersifat
paramagnetik dan berwarna. Senyawa hidrat yang mengandung ion Cu2+ berwarna
biru. Beberapa contoh senyawa yang mengandung Tembaga (II) adalah CuO (hitam),
CuSO4.5H2O (biru), dan CuS (hitam).
10. Seng (Zn) terdapat di alam
sebagai senyawa sulfida seperti seng blende (ZnS), dan calamine (ZnCO3),
dan senyawa silikat seperti hemimorfit (ZnO.ZnSiO3.H2O).
2.2 Konfigurasi
Elektron Unsur Transisi Periode Keempat
Konfigurasi
elektron Cr bukan (Ar) 3d4 4s2 tetapi (Ar) 3d5 4s1.
Demikian halnya dengan konfigurasi elektron Cu bukan (Ar) 3d9 4s2 tetapi
(Ar) 3d10 4s1. Hal ini berkenaan dengan kestabilan
orbitalnya, yaitu orbital-orbital d dan s stabil jika terisi penuh,
bahkan 1/2 penuh pun lebih stabil daripada
orbital lain.
2.3 Sifat
Logam / Kimia
Semua unsur transisi periode keempat bersifat
logam. Sifat itu disebabkan semua unsur transisi memiliki energi ionisasi yang
rendah, yaitu kurang dari 1.000 kJ mol-1 dan
keelektronegatifannya rendah, yaitu kurang dari 2.
Unsur
|
Sc
|
Ti
|
V
|
Cr
|
Mn
|
Fe
|
Co
|
Ni
|
Cu
|
Zn
|
Jari-jari atom
(nm)
|
0,16
|
0,15
|
0,14
|
0,13
|
0,14
|
0,13
|
0,13
|
0,13
|
0,13
|
0,13
|
Titik leleh (0C)
|
1540
|
1680
|
1900
|
1890
|
1240
|
1540
|
1500
|
1450
|
1080
|
420
|
Titik didih (0 C)
|
2370
|
3260
|
3400
|
2480
|
2100
|
3000
|
2900
|
2730
|
2600
|
910
|
Kerapatan
(g/cm3)
|
3,0
|
4,5
|
6,1
|
7,2
|
7,4
|
7,9
|
8,9
|
8,9
|
8,9
|
7,1
|
E ionisasi I
(kJ/mol)
|
6,30
|
660
|
650
|
6500
|
720
|
760
|
760
|
740
|
750
|
910
|
E ionisasi II
(kJ/mol)
|
1240
|
1310
|
1410
|
1590
|
1510
|
1560
|
1640
|
1750
|
1960
|
1700
|
E ionisasi III
(kJ/mol)
|
2390
|
2650
|
2870
|
2990
|
3260
|
2960
|
3230
|
3390
|
3560
|
3800
|
E0 red
M2+ (aq)
|
-
|
-
|
-1,2
|
-0,91
|
-1,19
|
-0,44
|
-0,28
|
-0,25
|
+0,34
|
0,76
|
E0 red
M3+ (aq)
|
-2,1
|
-1,2
|
-0,-86
|
-0,74
|
-0,28
|
-0,04
|
+0,44
|
-
|
-
|
-
|
Kekerasan (
skala mohs)
|
-
|
-
|
-
|
9,0
|
5,0
|
4,5
|
-
|
-
|
3,0
|
2,5
|
2.4 Sifat
Magnet
Adanya
elektron-elektron yang tidak berpasangan pada sub kulit d menyebabkan
unsur-unsur transisi bersifat paramagnetik (sedikit ditarik ke dalam medan
magnet). Makin banyak elektron yang tidak berpasangan, maka makin kuat pula
sifat paramagnetknya. Pada seng dimana orbital pada sub kulit d terisi penuh,
maka bersifat diamagnetik (sedikit ditolak keluar medan magnet).
2.5 Membentuk
senyawa-senyawa Berwarna
Senyawa unsur
transisi (kecuali skandium dan seng), memberikan bermacam warna baik padatan
maupun larutannya. Warna senyawa dari unsur transisi juga berkaitan dengan
adanya orbital sub kulit d yang terisi tidak penuh. Peralihan electron yang
terjadi pada pengisian subkulit d (sehingga terjadi perubahan bilangan
oksidasi) menyebabkan terjadinya warna pada senyawa logam transisi.
Senyawa dari Sc3+ dan
Ti4+ tidak berwarna karena subkulit 3d-nya kosong, serta
senyawa dari Zn2+ tidak berwarna karena subkulit 3d-nya terisi
penuh, sehingga tidak terjadi peralihan elektron.
2.6 Tingkat
Oksidasi
Unsur transisi
periode keempat memiliki beberapa tingkat oksidasi. Misalnya, Mn dapat memiliki
tingkat oksidasi +2 (terdapat pada MnSO4), +4 (terdapat pada MnO2),
+6 (terdapat pada K2MnO4), dan +7 (terdapat pada KMnO4).
Unsur
|
Tingkat Oksidasi
|
Tingkat Oksidasi yang stabil
|
Sc
|
+3
|
+3
|
Ti
|
+2,+3,+4
|
+4
|
V
|
+2,+3,+4,+5
|
+5
|
Cr
|
+2,+3,+4,+5,+6
|
+3,+6
|
Mn
|
+2,+3,+4,+6,+7
|
+2,+4,+7
|
Fe
|
+2,+3
|
+2,+3
|
Co
|
+2,+3
|
+2,+3
|
Ni
|
+2
|
+2
|
Cu
|
+1,+2
|
+1,+2
|
Zn
|
+2
|
+2
|
Keberagaman
tingkat oksidasi unsur transisi periode ke empat disebabkan elektron valensinya
menempati subkulit 3d dan 4s. Tingkat energi ke 2 subkulit itu sangat
berdekatan sehingga unsur transisi periode keempat dapat menggunakan elektron
pada sub kulit 3d dan 4s untuk membentuk ikatan. Misalnya, besi (Fe) dapat
memiliki tingkat oksidasi +2 dan +3. Tingkat oksidasi +2 terjadi karena besi
melepaskan 2 elektron pada subkulit 4s. Serta tingkat oksidasi +3 terjadi
karena besi melepaskan 2 elektron pada subkulit 4s dan 1 elektron pada subkulit
3d.
26Fe : [Ar] 3d6,
4s2 26Fe2+ :
[Ar] 3d6
26Fe3+ :
[Ar] 3d5
Skandium (Sc) dan Seng (Zn) hanya
memiliki satu tingkat oksidasi. Sc dengan konfigurasi 21Sc:
[Ar] 3d1,4s2 cenderung melepaskan semua elektron
valensinya sehingga memiliki konfigurasi sama dengan argon. Zn dengan
konfigurasi 30Zn: [Ar] 3d10,4s2 cenderung
melepaskan elektron pada subkulit 4s sehingga memiliki konfigurasi elektron argon
ditambah dengan subkulit d yang penuh. Konfigurasi itu disebut pseudo
gas mulia.
21Sc: [Ar] 3d1,4s2 30Zn:
[Ar] 3d10,4s2
21Sc3+:
[Ar] 30Zn2+:
[Ar] 3d10
2.7 Ion
Kompleks
Ion kompleks
adalah ion yang berbentuk dari suatu kation (biasanya ion logam transisi) yang
mengikat beberapa anion atau molekul netral. Selanjutnya, kation itu disebut
ion pusat dan anion atau molekul netral yang terikat pada ion pusat disebut
ligan. Pada ion kompleks [Cu(CN)4]2- dan [Fe(H2O)6]2+,
Cu2+ dan Fe2+ adalah ion pusat, sedangkan CN- dan
H2O adalah ligan.
2.7.1 Bilangan Koordinasi
Bilangan koordinasi
menyatakan jumlah ligan atau jumlah atom donor yang terkait pada ion pusat.
Bilangan koordinasi ion Cu2+ pada [Cu(CN)4]2- adalah
4 dan bilangan koordinasi ion Fe2+ pada [Fe(H2O)6]2+ adalah
6. Biasanya, bilangan koordinasi suatu ion pusat sama dengan 2 kali bilangan
oksidasinya.
Ion pusat
|
Bilangan koordinasi
|
Ion pusat
|
Bilangan koordinasi
|
Cu2+
|
2,4
|
Zn2+
|
4,6
|
Ag+
|
2
|
Al3+
|
4,6
|
Au+
|
2,4
|
Sc3+
|
6
|
Cr2+
|
6
|
Cr3+
|
6
|
Fe2+
|
6
|
Fe3+
|
6
|
Co2+
|
4,6
|
Co3+
|
6
|
Ni2+
|
4,6
|
Au3+
|
4
|
Cu2+
|
4,6
|
2.7.2 Ligan
Ligan adalah
spesi yang memiliki atom yang dapat menjadi donor sepasang elektron pada ion
pusat. Ligan merupakan basa Leuwis, sedangkan ion pusat sebagai asam Leuwis.
Ligan dapat berupa ion monoatomik (tapi bukan atom netral), seperti ion halida
; berupa anion, seperti CN- dan NO2- ,berupa
molekul sederhana, seperti NH3 dan H2O ; berupa
molekul kompleks ; seperti piridin (C5H5N).
Ion kompleks positif :
[Ag(NH3)2]+ =
Diamin Perak (I)
[Cu(NH3)4]2+ =
Tetra amin Tembaga (II)
[Zn(NH3)4]2+ =
Tetra amin Seng (II)
[Co(NH3)6]3+ =
Heksa amin Kobal (III)
[Cu(H2O)4]2+ =
Tetra Aquo Tembaga (II)
[Co(H2O)6]3+ =
Heksa Aquo Kobal (III)
Contoh : [Cr(NH3)4Cl2]+ → atom
pusat : Cr3+
Ligan : NH3 (amina)
dan Cl (kloro) bilangan koordinasi : 4 + 2 = 6
Nama ionnya = tetraamin dikloro krom
(III)
Ion kompleks negatif :
[Ni(CN)4]2- =
Tetra siano Nikelat (II)
[Fe(CN)6]3- =
Heksa siano Ferat (III)
[Fe(CN)6]4- =
Heksa siano Ferat (II)
[Co(CN)6]4- =
Heksa siano Kobaltat (II)
[Co(Cl6]3- =
Heksa kloro Kobaltat (III)
Contoh : [Ni(CN)4]2- → atom
pusat : Ni2+
Ligan : CN (siano) Bilangan koordinasi :
4
Nama ionnya =
tetrasiano nikelat (II)
Aturan penamaan
senyawa kompleks menurut IUPAC :
1. Kation
selalu disebutkan terlebih dahulu dari pada anion
2. Nama
ligan disebutkan secara berurut sesuai abjad.
Ligan adalah gugus molekul netral, ion
atau atom yang terikat pada suatu atom logam melalui ikatan koordinasi.
Daftar ligan sesuai abjad.
Amino = NH3 (bermuatan
0)
Akuo = H2O (bermuatan
0)
Bromo = Br- (bermuatan
-1)
Hidrokso = OH- (bermuatan
-1)
Iodo = I- (bermuatan
-1)
Kloro = Cl- (bermuatan
-1)
Nitrito = NO2- (bermuatatn-1)
Oksalato = C2O42- (bermuatan
-2)
Siano = CN- (bermuatan
-1)
Tiosianato = SCN- (bermuatan
-1)
Tiosulfato = S2O32- (bermuatan
-2)
3.Bila ligan
lebih dari 1 maka dinyatakan dengan awalan di- untuk 2, tri- untuk 3, tetra-
untuk 4, penta- untuk 5 dan seterusnya.
Unsur
|
Nama
|
Kation
|
Anion
|
Al
|
Aluminim
|
Aluminium
|
Aluminat
|
Ag
|
Perak
|
Perak
|
Argentat
|
Cr
|
Krom
|
Krom
|
Kromat
|
Co
|
Kobalt
|
Kobal
|
Kobaltat
|
Cu
|
Tembaga
|
Tembaga
|
Kuprat
|
Ni
|
Nikel
|
Nikel
|
Nikelat
|
Zn
|
Seng
|
Seng
|
Zinkat
|
Fe
|
Besi
|
Besi
|
Ferrat
|
Mn
|
Mangan
|
Mangan
|
Manganat
|
Pb
|
Timbale
|
Timbale
|
Plmbat
|
Au
|
Emas
|
Emas
|
Aurat
|
Sn
|
Timah
|
Timah
|
Stannat
|
4. Nama ion
kompleks bermuatan positif nama usur logamnnya menggunakan bahasa Indonesia dan
diikuti bilangan oksidasi logam tesebut dengan angka romawi dalam tanda kurung.
Sedangkan untuk ion kompleks bermuatan negative nama unsur logamnya dalam
bahasa latin diakhiri –at dan di ikuti bilangan oksidasi logam tersebut dengan
angka romawi dalam tanda kurung.
2.7.3 Muatan ion Kompleks
Muatan ion
kompleks sama dengan muatan ion pusat ditambah muatan ligannya. Ion kompleks
yang terdiri atas ion pusat Al3+, 4 ligan H2O, dan 2
ligan OH- : memiliki muatan (+3) + (4.0) + (2x-1) = +1 sehingga
ion kompleksnya dapat ditulis [Al(H2O)4(OH)2]+.
2.7.4 Geometri Ion Kompleks
Ikatan yang
terjadi antara ion pusat dan ligan adalah ikatan kovalen koordinasi. Bilangan
koordinasi pada suatu ion kompleks menunjukkan jumlah pasangan elektron.
Menurut teori tolakan pasangan elektron valensi (VSEPR), ion kompleks yang
memiliki bilangan koordinasi 2, bentuk molekulnya linier, yang memiliki
bilangan koordinasi 4 bentuk molekulnya tetra hedron (tetra hedral) atau segi
empat dasar bergantung. Pada jenis orbital yang digunakan oleh pusatnya.
2.7.5 Warna senyawa kompleks
Unsur transisi
periode keempat membentuk senyawa berwarna karena adanya subkulit 3d yang
terisi tidak penuh. Jika tidak ada pengaruh luar, semua orbital pada sub kulit
yang sama memiliki tingkat energi sama. Setelah mengikat ligan, terjadilah
pemisahan tingkat energi pada orbital (splitting). Pada sistem oktahedral (ion
kompleks dengan bilangan koordinasi 6), terjadilah pemisahan tingkat energi
dengan orbital dx2–y2 dan dz2 menjadi lebih
tinggi daripada orbital dxy, dyz, dan dxz.
Perbedaan tingkat energi orbital itu sama dengan energi sinar tampak dengan
demikian ion pusat dari ion kompleks yang memiliki sub kulit d yang tidak penuh
dapat menyerap radiasi dari sinar tampak. Jika sinar itu dipancarkan, ion kompleks
menjadi tampak berwarna.
Unsur
|
+1
|
+2
|
+3
|
+4
|
+5
|
+6
|
+7
|
Sc
|
-
|
-
|
Tidak berwarna
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Ti
|
-
|
Ungu
|
Hijau
|
Tidak berwarna
|
-
|
-
|
-
|
V
|
-
|
Ungu
|
Hijau
|
biru
|
Merah
|
-
|
-
|
Cr
|
-
|
Biru
|
Ungu
|
-
|
-
|
Jingga
|
-
|
Mn
|
-
|
Merah muda
|
Merah
|
Coklat tua
|
Biru
|
Hijau
|
Ungu
|
Fe
|
-
|
Hijau
|
Jingga
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Co
|
-
|
Merah muda
|
Biru
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Ni
|
-
|
Hijau
|
Merah
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Cu
|
Tidak berwarna
|
Biru
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Zn
|
-
|
Tidak berwarna
|
-
|
-
|
-
|
Kecuali Sc dan Zn,
unsur-unsur transisi periode keempat mempunyai beberapa tingkat oksidasi.
Bilangan oksidasi yang mungkin bergantung pada bilangan oksidasi yang dapat
dicapai kestabilannya.
Kestabilan senyawa
logam transisi diantaranya bergantung pada jenis atom yang mengikat logam
transisi, senyawa berbentuk Kristal atau larutan, PH dalam air.
2.8 Kegunaan
2.8.1 Skandium
= SC
Kegunaan :
a. Untuk menghasilkan cahaya berintesitas tinggi
b. Radioaktifnya
sebagai perunut pada pemurnian minyak bumi
c. Senyawanya sebagai aditif lampu uap-Hg
dan transmisi TV warna
2.8.2 Titanium
= Ti
Kegunaan :
a. Komponen penting logam paduan untuk pesawat,
peluru kendali
b. Karena ketahanannya terhadap air laut maka
digunakan juga untuk pembuatan peralatan kapal yang langsung bersentuhan dengan
laut, seperti kipas body kapal dan sebagainya.
2.8.3 Vanadium
= V
Kegunaan :
a. Reactor nuklir
b. Pembuatan baja tahan karat, untuk per, serta
peralatan kecepatan tinggi
c. Oksidanya (V2O5)
untuk keramik dan katalisator.
2.8.4 Kromium
= Cr
Kegunaan :
a. Paduan logam untuk pembuatan baja.
b. Pewarna
logam dan gelas
c. Sebagai katalisator
2.8.5 Mangan
= Mn
Kegunaan :
a. Komponen penting paduan logam, karena sifatnya
keras, kuat,dan ketahanannya tinggi
b. Memperbesar fungsi Vitamin B dalam tubuh
c. KMnO4 sebagai oksidator kuat
dalam bidang kesehatan
2.8.6 Besi = Fe
Kegunaan :
a. Sebagai logam utama pada pembuatan baja
b. Besi
dengan paduannya digunakan untuk pembuatan rel, tulangan beton.
c. Digunakan untuk berbagai peralatan dalam
kehidupan sehari-hari.
2.8.7 Kobal = Co
Kegunaan :
a. Karena
keras, tahan karat dan penampilannya menarik maka sering digunakan untuk
menyepuh logam lain
b. Pewarna
biru pada porselen, kaca, genting
c. Pewarna sumber sinar gamma dalam bidang
kesehatan
2.8.8 Nikel
= Ni
Kegunaan :
a. Paduan logam baja dan logam lain
b. Pelapis
permukaan logam
c. Sebagai katalisator
d. Pewarna
hijau pada keramik/porselen
e. Komponen pada baterai
2.8.9 Tembaga = Cu
Kegunaan :
a. Peralatan kelistrikan, sebagai rangkian dan
kawat kabel.
b. Logam
paduan pada kuningan dan perunggu
2.8.10 Seng
= Zn
Kegunaan :
a. Komponen paduan pada huruf mesin cetak
b. Sebagai
logam patri
c. ZnO untuk industry cat, kosmetik,
farmasi, tekstil.
d. Zns untuk
sinar X dan layar TV.
2.9 Cara
Pembuatan unsur-unsur transisi periode ke empat
1. Cara
pembuatan Titanium
Produksi titanium yang
makin banyak disebabkan karena kebutuhan dalam bidang militer dan industry
pesawat terbang makin meningkat. Hal ini disebabkan karena titanium lebih
disukai daripada aluminium dan baja. Aluminium akan kehilangan kekuatannya pada
temperatur tinggi dan baja terlalu rapat (mempunyai kerapatan yang tinggi).
Langkah awal produksi
titanium dilakukan dengan mengubah bijih rutil yang mengandung
TiO2 menjadi TiCl4, kemudian TiCl4 dureduksi dengan Mg pada
temperature tinggi yang bebas oksigen.
Persamaan reaksinya
adalah sebagai berikut :
TiO2 (s) +
C(s) +
2Cl2(g) TiCl4(g) +
CO2(g)
TiCl4(g) +
2Mg(s) Ti(s) +
2MgCl2(g)
Reaksi dilakukan pada
tabung baja. MgCl2 dipindahkan dan dielektrolisis menjadi Mg dan Cl2.
Keduanya kemudian didaurulangkan. Ti didapatkan sebagai padatan yang disebut
sepon. Sepon diolah lagi dan dicampur dengan logam lain sebelum digunakan.
2. Cara
pembuatan Vanadium
Produksi vanadium
sekitar 80% digunakan untuk pembuatan baja. Dalam penggunaannya vanadium
dibentuk sebagai logam campuran besi. Fero vanadium mengandung 35% - 95%
vanadium. Ferrovanadium dihasilkan dengan mereduksi V205 dengan pereduksi
campuran silicon dan besi. SiO2 yang dihasilkan direaksikan dengan CaO
membentuk kerak CaSiO3(l). reaksinya sebagai berikut.
2 V205(s) +
5Si(s) {
4V(s) + Fe(s) } + 5 SiO2(s)
SiO2(s) +
CaO(s) CaSiO3
Kemudian
ferrovanadium dipisahkan dengan CaSiO3.
3.Cara Pembuatan
kromium
Krom merupakan salahsatu
logam yang terpenting dalam industry logam dari bijih krom utama yaitu kromit,
Fe(CrO2)2 yang direduksi dapat dihasilkan campuran Fe dan Cr disebut
Ferokrom.
Reksinya sebagai berikut
:
Fe(CrO2)2(s) +4C(s) Fe(s)+2Cr(s) +
4CO(g)
Ferokrom ditambahkan
pada besi membentuk baja.
4.Cara pembuatan
mangan
Logam ,mangan diperoleh
dengan
1. mereduksi
oksida mangan dengan natrium, magnesium, aluminum atau dengan proses
elektrolisis.
2. Proses
aluminothermy dari senyawa MnO2, persamaan reaksinya:
Tahap 1 :
3MnO2 (s)
à Mn3O4 (s)
+ O2(g)
Tahap 2
: 3Mn3O4 (s)
+
8Al (s)
à
9Mn (s) +
4AL203 (s)
5. Cara
pembuatan Besi
Bahan dasar : Bijih
besi hematit Fe2O3, magnetit Fe3O4, bahan tambahan batu gamping,
CaCO3 atau pasir (SiO2). Reduktor kokes (C)
Dasar reaksi :
Reduksi dengan gas CO, dari pembakaran tak sempurna C
Tempat : Dapur
tinggi (tanur tinggi), yang dindingnya terbuat dari batu tahan api.
Reaksi dalam dapur
tinggi adalah kompleks. Secara sederhana dapat dilihat pada penjelasan berikut.
Dalam 24 jam rata-rata menghasilkan 1.000 – 2.000 ton besi kasar dan 500 ton
kerak (terutama CaSiO3). Kira-kira 2 ton bijih, 1 ton kokes dan 0,3 ton gamping
dapat menghasilkan 1 ton besi kasar.
Reaksi yang terjadi :
1. Reaksi
pembakaran.
Udara yang panas
dihembuskan , membakar karbon terjadi gas CO2 dan panas. Gas CO2 yang
naik direduksi oleh C menjadi gas CO.
C + O2 CO2
CO2 + C 2CO
2. Proses reduksi
Gas CO mereduksi bijih.
Fe2O3 + 3CO 2 Fe +
3 CO2
Fe3O4 + 4CO 3 Fe +
4 CO2
Besi yang terjadi
bersatu dengan C, kemudian meleleh karena suhu tinggi (1.5000C)
3. Reaksi
pembentukan kerak
CaCO3 CaO + CO2
CaO +
SiO2 CaSiO3 kerak
pasir
Karena suhu yang tinggi
baik besi maupun kerak mencair. Besi cair berada di bawah. Kemudian dikeluarkan
melalui lubang bawah, diperoleh besi kasar dengan kadar C hingga 4,5%.
Disamping C mengandung sedikit S, P, Si dan Mn. Besi kasar yang diperoleh keras
tetapi sangat rapuh lalu diproses lagi untuk membuat baja dengan kadar C
sebagai berikut :
baja ringan kadar C :
0,05 – 0,2 %
baja medium kadar C :
0,2 – 0,7 %
baja keras kadar C : 0,7
– 1,6 %
Pembuatan baja :
Dibuat dari besi kasar
dengan prinsip mengurangi kadar C dan unsur-unsur campuran yang lain. Ada 3
cara :
1. Proses Bessemer
:
Besi kasar dibakar dalam
alat convertor Bessemer. Dari lubang-lubang bawah dihembuskan udara panas
sehingga C dan unsur-unsur lain terbakar dan keluar gas. Setelah beberapa waktu
kira-kira ¼ jam dihentikan lalu dituang dan dicetak.
2. Open-hearth process
Besi kasar, besi tua dan
bijih dibakar dalam alat open-hearth. Oksida-oksida besi (besi tua, bijih)
bereaksi dengan C dan unsur-unsur lain Si, P, Mn terjadi besi dan oksida-oksida
SiO2, P2O5, MnO2 dan CO2. dengan demikian kadar C berkurang.
3. Dengan dapur
listrik.
Untuk memperoleh baja
yang baik, maka pemanasan dilakukan dalam dapur listrik. Hingga pembakaran
dapat dikontrol sehingga terjadi besi dengan kadar C yang tertentu.
6. Cara
Pembuatan Kobalt
Kobalt di alam diperoleh
sebagai biji smaltit (CoAs2) dan kobaltit (CoAsS) yang biasanya berasosiasi
dengan Ni dan Cu. Untuk pengolahan biji kobalt dilakukan sebagai berikut :
Pemanggangan :
CoAs (s) Co2O3(s) +
As2O3(s)
Co2O3(s) +
6HCl 2 CoCl3(aq) + 3 H2O(l)
Zat-zat lain seperti
Bi2O3 dan PbO diendapkan dengan gas H2S
Bi2O3(s) + 3
H2S(g) Bi2S3
(aq) + 3 H2O(l)
PbO(s) + H2S(g) PbS(s) + H2O(l)
Pada penambahan CoCO3
(s) dengan pemanasan akan diendapkan As dan Fe sebagai karbonat. Dengan
penyaringan akan diperoleh CoCl3. Tambahan zat pencuci mengubah
CoCl3 menjadi Co2O3. Selanjutnya CoCO3 direduksi dengan gas
hydrogen, menurut reaksi :
Co2O3 (s) +
H2(g) 2
CO(s) + 3 H2O (g)
Penggunaan kobalt antara
lain sebagai aloi, seperti alnico, yaitu campuran Al, Ni, dan Co.
7. Cara
pembuatan nikel
Proses pengolahan biji
nikel dilakukan untuk menghasilkan nikel matte yaitu produk dengan kadar nikel
di atas 75 persen. Tahap-tahap utama dalam proses pengolahan adalah
sebagai berikut:
- Pengeringan di
Tanur Pengering bertujuan untuk menurunkan kadar air bijih laterit yang dipasok
dari bagian Tambang dan memisahkan bijih yang berukuran 25 mm.
- Kalsinasi dan
Reduksi di Tanur untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi
sebagian nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi.
- Peleburan di
Tanur Listrik untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk
fasa lelehan matte dan terak
- Pengkayaan di
Tanur Pemurni untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen
menjadi di atas 75 persen.
- Granulasi dan Pengemasan untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas.
- Granulasi dan Pengemasan untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas.
8.Cara pembuatan
tembaga
Pada umumnya bijih
tembaga mengandung 0,5 % Cu, karena itu diperlukan pemekatan biji tembaga.
Langkah-langkah pengolahan bijih tembaga adalah seperti skema berikut
Reaksi proses
pengolahannya adalah :
1. 2
CuFeS2(s) + 4
O2 800 0 C Cu2S(l) +
2 FeO (s) + 3 SO2 (g)
2. FeO(s) +
SiO2
(s) 14000C FeSiO3
(l)
Cu2S dan kerak FeSiO3
(l) dioksidasi dengan udara panas, dengan reaksi sebagai
berikut :
2 Cu2S(l) + 3 O2
(g) 2
Cu2O(l) + 2 SO2(g)
2 Cu2O(l) +
Cu2S(s) 6
Cu(l) + SO2 (g)
3 Cu2S(l) + 3
O2 6
Cu(l) + 3 SO2(g)
Pada reaksi oksidasi
tersebut diperoleh 98% - 99% tembaga tidak murni. Tembaga tidak murni ini
disebut tembaga blister atau tembaga lepuh. Tembaga blister adalah
tembaga yang mengandung gelembung gas SO2 bebas.
Untuk memperoleh kemurnian Cu yang lebih tinggi, tembaga blister dielektrolisis dengan elektrolit CuSO4 (aq). Pada elektrolisis, sebagai electrode negatif (katode) adalah tembaga murni dan sebagai electrode positif (anode) adalah tembaga blister.
Untuk memperoleh kemurnian Cu yang lebih tinggi, tembaga blister dielektrolisis dengan elektrolit CuSO4 (aq). Pada elektrolisis, sebagai electrode negatif (katode) adalah tembaga murni dan sebagai electrode positif (anode) adalah tembaga blister.
9. Cara
pembuatan zink
Logam seng telah
diproduksi dalam abat ke-13 di Indina dengan
mereduksi calamine dengan bahan-bahan organik seperti kapas. Logam
ini ditemukan kembali di Eropa oleh Marggraf di tahun 1746, yang menunjukkan
bahwa unsur ini dapat dibuat dengan cara mereduksi calamine dengan
arang. Bijih-bijih seng yang utama
adalah sphalerita (sulfida), smithsonite (karbonat), calamine (silikat)
dan franklinite (zine, manganese, besi oksida). Satu metoda dalam
mengambil unsur ini dari bijihnya adalah dengan cara memanggang bijih seng
untuk membentuk oksida dan mereduksi oksidanya dengan arang atau karbon yang
dilanjutkan dengan proses distilasi.
BAB 3 Analisis dan Pertanyaan
Analisis
Dari materi yang telah dibahas dapat
di analisis.
Bahwa Unsur transisi periode keempat terdiri dari sepuluh unsur,
yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn),
Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
Dari sepuluh unsur tersebut masing
– masing unsur memiliki sifat
yang berbeda, tingkat
oksidasi yang berbeda, dan kegunaan yang berbeda.
Pertanyaan
1.
Urutan
yang tepat pada proses pengolahan tembaga dari bijih tembaga adalah ….
A. elektrolisis-reduksi-pemekatan-pemanggangan
B. reduksi-elektrolisis-pemanggangan-pemekatan
C. pemekatan-pemanggangan-reduksi-elektrolisis
D. pemanggangan-reduksi-pemekatan-elektrolisis
E. reduksi-pemanggangan-elektrolisis-pemekatan
A. elektrolisis-reduksi-pemekatan-pemanggangan
B. reduksi-elektrolisis-pemanggangan-pemekatan
C. pemekatan-pemanggangan-reduksi-elektrolisis
D. pemanggangan-reduksi-pemekatan-elektrolisis
E. reduksi-pemanggangan-elektrolisis-pemekatan
2.
Konfigurasi
elektron atom unsur transisi berikut yang memiliki sifat magnet paling kuat
adalah ….
A. [Ar] 4s2 3d2
B. [Ar] 4s2 3d3
C. [Ar] 4s1 3d5
D. [Ar] 4s2 3d5
E. [Ar] 4s2 3d6
A. [Ar] 4s2 3d2
B. [Ar] 4s2 3d3
C. [Ar] 4s1 3d5
D. [Ar] 4s2 3d5
E. [Ar] 4s2 3d6
3.
.
Pada reaksi pembentukan kompleks berikut.
Fe3+(aq) + 6CN–(aq) →Fe(CN)63–
Ikatan antara atom pusat dan ligan adalah ….
A. logam
B. ionik
C. kovalen polar
D. kovalen koordinasi
E. van der Waals
Fe3+(aq) + 6CN–(aq) →Fe(CN)63–
Ikatan antara atom pusat dan ligan adalah ….
A. logam
B. ionik
C. kovalen polar
D. kovalen koordinasi
E. van der Waals
4.
Ion
kompleks berikut yang namanya tidak tepat adalah ….
A. [Ni(CN)4]2– : ion tetrasianonikelat(II)
B. [Ag(NH3)2]+ : ion diaminargentat(I)
C. [Co(H2O)6]3+ : ion heksaa uokobalt(III)
D. [PtCl6]2– : ion heksakloroplatinat(IV)
E. [Co(NH3)4Cl2]+ : ion diklorotetramin kobalt(III
A. [Ni(CN)4]2– : ion tetrasianonikelat(II)
B. [Ag(NH3)2]+ : ion diaminargentat(I)
C. [Co(H2O)6]3+ : ion heksaa uokobalt(III)
D. [PtCl6]2– : ion heksakloroplatinat(IV)
E. [Co(NH3)4Cl2]+ : ion diklorotetramin kobalt(III
5.
Apa yang dimaksud dengan ion kompleks, ligan,
dan bilangan koordinasi? Jelaskan
6.
Tuliskan
nama senyawa kompleks berikut.
a. [Zn(NH3)4]2+
b. [Co(NH3)4Cl2]Cl
c. K[Co(C2O4)2(NH3)2]
d. [PtCl4(en)]
e. [Ni(H2O)6]Br2
f. [Cr(NH3)4Cl2]ClO4
g. K3[Fe(C2O4)3]
a. [Zn(NH3)4]2+
b. [Co(NH3)4Cl2]Cl
c. K[Co(C2O4)2(NH3)2]
d. [PtCl4(en)]
e. [Ni(H2O)6]Br2
f. [Cr(NH3)4Cl2]ClO4
g. K3[Fe(C2O4)3]
Jawaban
1.
C
2.
D
3.
D
4.
B
5.
Ion
kompleks adalah senyawa ionik yang terdiri atas kation logam transisi (atom
pusat) dan 2 atau lebih anion atau molekul netral. Ligan adalah anion atau
molekul netral terikat pada atom pusat. Bilangan koordinasi adalah jumlah atom
donor yang terikat pada atom pusat.
6.
a.
ion tetraaminseng(II)
b. diklorotetraaminkobalt(III) klorida
c. kalium diaminobis(oksalat)kobaltat(III)
d. tetrakloro(etilendiamin)platina(IV)
e. heksa uonikel(II) bromida
f. diklorotetraminkrom(III) perklorat
g. kalium tris(oksalat)ferat(III)
b. diklorotetraaminkobalt(III) klorida
c. kalium diaminobis(oksalat)kobaltat(III)
d. tetrakloro(etilendiamin)platina(IV)
e. heksa uonikel(II) bromida
f. diklorotetraminkrom(III) perklorat
g. kalium tris(oksalat)ferat(III)
BAB 4 Penutup
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan Unsur Transisi Periode
4 ini kami dapat
menyimpulkan
bahwa di dalam
Unsur
Transisi
Periode 4 memiliki
Sifat yang
tidak
dimiliki
Unsur
lainnya. Unsur
Transisi
Periode 4 memiliki 10 Senyawa yang terdapat diantara golongan
III B dan II B.
Dan
kita Unsur Transisi Periode
4 banyak digunakan dalam kehidupan seperti
di bidang Analisis
Kimia, Industri, dll.
4.2 Saran
Mengingat
banyaknya kegunaan unsur-unsur periode ke empat dalam kehidupan sehari-hari,
maka siswa/siswi harus benar-benar memahami mengenai
unsur-unsur periode ke empat, sehingga menjadi sebuah pengetahuan di masa
depan.
Daftar Pustaka
No comments:
Post a Comment