follow us by twitter: https://twitter.com/M_noorARIF
TUGAS MENULIS CERPEN MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
TUGAS MENULIS CERPEN MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
JUDUL
AWAN
DISANA
“Sekolah
itu yang penting adalah memenuhi absen. Ngerti atau tidak nya terhadap
pelajaran itu urusan belakangan.” (Richard Hermansyah)
T.P 2013-2014
Penulis :
Muhammad Noor Arif
(SMAN 11 KOTA JAMBI)
Awan Disana
Awan pun mulai terlihat mendung
disana. Rintik-rintik hujan mulai berjatuhan. Jauh dari keramaian, dua orang
anak SMA sedang berkelahi. Salah seorang dari mereka sedang dalam keadaan
mabuk, yang seorangnya lagi adalah yang paling babak belur.
Pagi
itu Richard kembali tidak masuk sekolah. Kelas XII IPA 3 sudah biasa dengan
tidak ada kehadirannya Richard dikelas.
Richard di kelas ini seperti tidak ada gunanya saja, begitu pikir mereka.
Satu
hari sebelumnya…
Waktu itu Richard bersama orangtuanya
menghadap Kepala Sekolah ke ruangan. Kali ini bukan hanya itu, Richard
dipanggil karena telah satu minggu bolos dari sekolah dan kabur dari rumah.
Diinterogasi pun hanya alasan-alasan sederhana yang Richard sampaikan. Walaupun
sebenarnya ada masalah keluarga dirumah, Richard sama sekali tidak ingin
seorang pun tahu aib yang terjadi di keluarganya. Wajah Orangtua Richard tampak
sangat murung. Seperti begitu banyak penderitaan yang telah diterima.
Kepala
sekolah akhirnya mengijinkan Richard untuk kembali masuk kekelas.
Setiba
dikelas muncul tatapan tidak senang dari teman-teman sekelas dan guru yang
sedang mengajar kepada Richard. Richard mencoba tidak peduli dan terus berjalan
ke bangkunya.
Richard
memang murid yang dikenal pemalas. Namun banyak orang yang iri padanya.
Orang-orang butuh waktu dan sedikit usaha keras untuk dapat memahami pelajaran.
Tapi Richard seperti kilat menyambar saja yang hanya dengan sekali melihat
sudah dapat menangkap pelajaran yang disampaikan. Pernah waktu itu Richard
ditanyai temannya tentang cita-cita. Richard bilang ingin jadi pengusaha.
Mereka terkejut karena saat itu katanya begini, “Aku mungkin dianggap orang
bodoh. Tapi aku tidak mau bekerja untuk orang lain, suatu hari nanti aku ingin
orang lain lah yang akan bekerja denganku!”.
Merasa
lelah mendengar ocehan kepala sekolah tadi, Richard memilih tidur dikelas.
Memang terkadang hari-hari akan lebih indah jika dilalui dengan tidur saat guru
mengajar. Dan itu bukanlah hal aneh lagi bagi mereka yang melihatnya.
Jam
belajar pun usai. Beberapa orang dikelas menghampiri Richard di bangkunya.
Salah satunya adalah Sobri si ketua kelas.
“Sudah
seminggu tidak masuk sekolah dan baru masuk hari ini. Mau jadi apa, Cad?
Pengusaha?” ucap Sobri membangunkan Richard.
Richard
pun terbangun.
“Ha
ha. Mau jadi pengusaha udang ya, Cad? Sana tanam ganja biar cepat kaya!” ucap
Sobri lagi.
“Ha
ha ha” yang lain ikut tertawa.
Richard
berjalan keluar kelas tanpa memperdulikan mereka. Olok-olokan itu terdengar
hanya seperti suara jangkrik baginya.
Cuaca
sedang tidak baik bulan ini. Sudah dua hari turun hujan. Banyak lumpur dan
genangan air di lingkungan sekolah.
Richard
menuju bagian belakang sekolah. Disana banyak teman-teman yang lebih bisa
dihargainya. Ditempat itulah mereka dapat menghisap rokok tanpa sepengetahuan
guru. Ada senyum disini saat menghabiskan waktu dibalik hujan dengan nikmatnya
tembakau.
Keesokan
harinya…
Hari
ini langit cerah. Awan sepertinya telah enggan menetes lagi.
Sebelum
sampai disekolah, teman Richard yang merokok bersamanya kemarin mengajaknya
untuk bolos hari ini. Richard pun menyetujuinya. Teman-temannya kali ini
mengajak Richard untuk memilih tempat berkumpul yang sangat sepi tidak seperti
biasanya. Rupanya ada dua orang dewasa yang kali ini ikut berkumpul bersama
mereka. Keduanya mungkin pria berumur 20-an.
Richard
terkejut karena ternyata teman-temannya ingin mengajaknya melayang lebih jauh
lagi. Mereka diajak untuk menghisap serbuk morfin dan meneguk beberapa botol
minuman keras oleh orang dewasa itu.
Begitu
banyak terkaan dibenaknya. Apakah dia akan lanjut? Atau menjadi bijak kali ini?
Dipikir-pikirnya lagi. Lama Richard diam. “Jika aku mencoba barang ini, aku
nanti pasti bakal ketagihan. Sedangkan untuk menghisap rokok saja aku sudah
kehabisan banyak uang. Bagaimana jika aku sampai ketagihan morfin juga?” ucap
Richard.
Semua
terdiam. Salah seorang teman Richard pun akhirnya menyolot. “Kalau ketagihan.
Ya kita beli lagi lah!”
Kedua
orang dewasa yang membawa barang itu pun menjadi tidak senang dengan Richard.
Salah seorang dari mereka berbisik-bisik kepada teman Richard yang tadi
menyolot seperti sedang menyampaikan kata perintah.
Tatapan
temannya pun berubah aneh. “Hei Richard! Aku akan bertanya satu kali lagi
dengan kau. Apakah kau mau ikut kami atau tidak?” ucapnya seraya melotot.
Richard
menjawab dengan gaya bercanda “tidak. Aku tidak mau”. Lalu sedikit tertawa.
Buk!!
Tangan
temannya ternyata telah mengepal dari tadi. Tanpa sadar tinjunya telah terlepas
satu kali di wajah Richard. “Kalo kau tidak mau ikut, berarti kau harus mati!
Kami tidak mau rahasia kami terbongkar” begitu ucapnya.
Richard
naik emosinya. Ia pun maju membalas dengan satu pukulan juga. Bak!!
“Oh, jadi kau mau
ngajak berantam? Ayo mari kita satu lawan satu sini!” tantang Richard.
Mereka
pun akhirnya berkelahi, sungguh tak dapat dihindari lagi saling memukul antara
mereka.
Semua
orang yang ada disana telah tahu bahwa salah seorang teman yang menjadi lawan
Richard itu dalam keadaan mabuk. Sepertinya telah terjadi sesuatu saat pria
dewasa itu berbisik-bisik padanya tadi.
Awan pun mulai terlihat mendung
disana. Rintik-rintik hujan mulai berjatuhan. Jauh dari keramaian, dua orang
anak SMA sedang berkelahi. Salah seorang dari mereka sedang dalam keadaan
mabuk, yang seorangnya lagi adalah yang paling babak belur.
Hujan
deras pun akhirnya tak dapat dibendung. Mereka masih tetap saling memukul
disana. Entah sudah bagaimana bentuk wajah dan badan mereka sekarang.
TAMAT
No comments:
Post a Comment