Thursday 24 October 2013

Cerpen Awan Disana

follow us by twitter: https://twitter.com/M_noorARIF

TUGAS MENULIS CERPEN MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
JUDUL
AWAN DISANA

3171256908_00c1422a64.jpg









“Sekolah itu yang penting adalah memenuhi absen. Ngerti atau tidak nya terhadap pelajaran itu urusan belakangan.” (Richard Hermansyah)

T.P 2013-2014


Penulis :
Muhammad Noor Arif
(SMAN 11 KOTA JAMBI)



Awan Disana

Awan pun mulai terlihat mendung disana. Rintik-rintik hujan mulai berjatuhan. Jauh dari keramaian, dua orang anak SMA sedang berkelahi. Salah seorang dari mereka sedang dalam keadaan mabuk, yang seorangnya lagi adalah yang paling babak belur.
Pagi itu Richard kembali tidak masuk sekolah. Kelas XII IPA 3 sudah biasa dengan tidak ada kehadirannya  Richard dikelas. Richard di kelas ini seperti tidak ada gunanya saja, begitu pikir mereka.
Satu hari sebelumnya…
 Waktu itu Richard bersama orangtuanya menghadap Kepala Sekolah ke ruangan. Kali ini bukan hanya itu, Richard dipanggil karena telah satu minggu bolos dari sekolah dan kabur dari rumah. Diinterogasi pun hanya alasan-alasan sederhana yang Richard sampaikan. Walaupun sebenarnya ada masalah keluarga dirumah, Richard sama sekali tidak ingin seorang pun tahu aib yang terjadi di keluarganya. Wajah Orangtua Richard tampak sangat murung. Seperti begitu banyak penderitaan yang telah diterima.
Kepala sekolah akhirnya mengijinkan Richard untuk kembali masuk kekelas.
Setiba dikelas muncul tatapan tidak senang dari teman-teman sekelas dan guru yang sedang mengajar kepada Richard. Richard mencoba tidak peduli dan terus berjalan ke bangkunya.
Richard memang murid yang dikenal pemalas. Namun banyak orang yang iri padanya. Orang-orang butuh waktu dan sedikit usaha keras untuk dapat memahami pelajaran. Tapi Richard seperti kilat menyambar saja yang hanya dengan sekali melihat sudah dapat menangkap pelajaran yang disampaikan. Pernah waktu itu Richard ditanyai temannya tentang cita-cita. Richard bilang ingin jadi pengusaha. Mereka terkejut karena saat itu katanya begini, “Aku mungkin dianggap orang bodoh. Tapi aku tidak mau bekerja untuk orang lain, suatu hari nanti aku ingin orang lain lah yang akan bekerja denganku!”.
Merasa lelah mendengar ocehan kepala sekolah tadi, Richard memilih tidur dikelas. Memang terkadang hari-hari akan lebih indah jika dilalui dengan tidur saat guru mengajar. Dan itu bukanlah hal aneh lagi bagi mereka yang melihatnya.
Jam belajar pun usai. Beberapa orang dikelas menghampiri Richard di bangkunya. Salah satunya adalah Sobri si ketua kelas.
“Sudah seminggu tidak masuk sekolah dan baru masuk hari ini. Mau jadi apa, Cad? Pengusaha?” ucap Sobri membangunkan Richard.
Richard pun terbangun.
“Ha ha. Mau jadi pengusaha udang ya, Cad? Sana tanam ganja biar cepat kaya!” ucap Sobri lagi.
“Ha ha ha” yang lain ikut tertawa.
Richard berjalan keluar kelas tanpa memperdulikan mereka. Olok-olokan itu terdengar hanya seperti suara jangkrik baginya.
Cuaca sedang tidak baik bulan ini. Sudah dua hari turun hujan. Banyak lumpur dan genangan air di lingkungan sekolah.
Richard menuju bagian belakang sekolah. Disana banyak teman-teman yang lebih bisa dihargainya. Ditempat itulah mereka dapat menghisap rokok tanpa sepengetahuan guru. Ada senyum disini saat menghabiskan waktu dibalik hujan dengan nikmatnya tembakau.
Keesokan harinya…
Hari ini langit cerah. Awan sepertinya telah enggan menetes lagi.
Sebelum sampai disekolah, teman Richard yang merokok bersamanya kemarin mengajaknya untuk bolos hari ini. Richard pun menyetujuinya. Teman-temannya kali ini mengajak Richard untuk memilih tempat berkumpul yang sangat sepi tidak seperti biasanya. Rupanya ada dua orang dewasa yang kali ini ikut berkumpul bersama mereka. Keduanya mungkin pria berumur 20-an.
Richard terkejut karena ternyata teman-temannya ingin mengajaknya melayang lebih jauh lagi. Mereka diajak untuk menghisap serbuk morfin dan meneguk beberapa botol minuman keras oleh orang dewasa itu.
Begitu banyak terkaan dibenaknya. Apakah dia akan lanjut? Atau menjadi bijak kali ini? Dipikir-pikirnya lagi. Lama Richard diam. “Jika aku mencoba barang ini, aku nanti pasti bakal ketagihan. Sedangkan untuk menghisap rokok saja aku sudah kehabisan banyak uang. Bagaimana jika aku sampai ketagihan morfin juga?” ucap Richard.
Semua terdiam. Salah seorang teman Richard pun akhirnya menyolot. “Kalau ketagihan. Ya kita beli lagi lah!”
Kedua orang dewasa yang membawa barang itu pun menjadi tidak senang dengan Richard. Salah seorang dari mereka berbisik-bisik kepada teman Richard yang tadi menyolot seperti sedang menyampaikan kata perintah.
Tatapan temannya pun berubah aneh. “Hei Richard! Aku akan bertanya satu kali lagi dengan kau. Apakah kau mau ikut kami atau tidak?” ucapnya seraya melotot.
Richard menjawab dengan gaya bercanda “tidak. Aku tidak mau”. Lalu sedikit tertawa.
Buk!!
Tangan temannya ternyata telah mengepal dari tadi. Tanpa sadar tinjunya telah terlepas satu kali di wajah Richard. “Kalo kau tidak mau ikut, berarti kau harus mati! Kami tidak mau rahasia kami terbongkar” begitu ucapnya.
Richard naik emosinya. Ia pun maju membalas dengan satu pukulan juga. Bak!!
“Oh, jadi kau mau ngajak berantam? Ayo mari kita satu lawan satu sini!” tantang Richard.
Mereka pun akhirnya berkelahi, sungguh tak dapat dihindari lagi saling memukul antara mereka.
Semua orang yang ada disana telah tahu bahwa salah seorang teman yang menjadi lawan Richard itu dalam keadaan mabuk. Sepertinya telah terjadi sesuatu saat pria dewasa itu berbisik-bisik padanya tadi.
Awan pun mulai terlihat mendung disana. Rintik-rintik hujan mulai berjatuhan. Jauh dari keramaian, dua orang anak SMA sedang berkelahi. Salah seorang dari mereka sedang dalam keadaan mabuk, yang seorangnya lagi adalah yang paling babak belur.
Hujan deras pun akhirnya tak dapat dibendung. Mereka masih tetap saling memukul disana. Entah sudah bagaimana bentuk wajah dan badan mereka sekarang.

TAMAT

1.JPG

No comments:

Post a Comment

© 2012 Segenggam Cahaya | Powered by Blogger | Design by Enny Law - Supported by IDcopy