B. Analisis Hasil Percobaan
Setelah dilakukan percobaan dan
responden diminta mengisi angket, didapatkan data sebagai berikut.
1. Dari segi rasa pada percobaan 7,246 % menyatakan rasa
telor asin itu sangat enak, 52,174% menyatakan enak, 28,986% menyatakan rasanya
biasa dan 11,594% menyatakan tidak enak .
2. Dari tingkat kesukaan kerajinan tangan dari limbah kulit
kerang didapatkan 1,449% menyatakan sangat bagus, 68,116% menyatakan bagus,
27,536% menyatakan biasa, 2,899% menyatakan tidak bagus. Tidak ada responden
yang menyatakan bahwa kerajinan tangan dari limbah kulit kerang sangat tidak
bagus.
3. Dari 2 macam variasi olahan limbah kulit kerang, sebanyak
60,87% menyukai telor asin dan 39,13 menyatakan menyukai kerajinan kulit
kerang.
4. Dari segi kemungkinan menjadi bahan baku pembuatan telor
asin baru 65,217 responden menyatakan dapat, 15,942 menyatakan tidak dapat dan
sisanya menyatakan tidak tahu yaitu 18,841%.
5. Dari hasil yang telah di dapatkan dari pengolahan limbah
kulit kerang 91,304% responden
menyatakan dapat mengurangi sampah organik, 7,246% menyatakan tidak dapat dan
sisanya 1,449% menytakan tidak tahu.
Pembahasan
Kulit kerang yang biasanya di buang dan dibiarkan saja
tergeletak di sana sini bersama-sama dengan sampah yang lain ternyata memiliki
manfaat yang menguntungkan bagi kita karena dapat digunakan sebagai bahan baku
utama pembuatan telor asin. Permukaan dalam kulit kerang ternyata menghasilkan
periostracium organik yang merupakan lapisan cangkang pelicepoda yang ber4upa
lapisan kapur pada cangkang yang banyak mengandung kalsium karbonat yang dapat
menjadi bahan baku pembuatan telor asin, serta dapat pula dijadikan kerajinan
tangan (Bunyamin Barma, 1988). Kulit kerang yang dibuang orang selama ini,
ternyata dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku utama pembuatan telor asin dan
dapat juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan kerajinan tangan.
Oleh karena itu daerah-daerah di indonesia yang menjadi
pusat pembuatan telor asin dapat menggunakan kulit kerang sebagai bahan baku
pembuatan telor asin agar dapat mengurangi jumlah pemakaian batu bata dan abu
gosok yang awalnya menjadi bahan baku utamapembuatan telor asin tersebut serta
dapat pula mengurangi jumlah sampah organik.
Cara-cara pembuatan telor asin sangatlah muda dan peneliti
merasa semua orang dapat membuatnya. Dalam melakukan percobaan ini peneliti
melakukan nya sebanyak 2 tahap. Tahap pertama kami mendapatkan beberapa masalah
yaitu telor yang diperam sebanyak 10 butir selama 10 hari, 4 diantaranya busuk dan
pecah dan sisanya 6 hasilnya kurang memuaskan karena kurang asin. Tahap kedua
peneliti melakukan percobaan lagi. Kali ini dengan 19 butir telor dengan kadar
garam yang sedikit ditambahkan lagi sehingga hasilnya jauh lebih baik. Walaupun
3 diantaranya masih ada yang busuk.
No comments:
Post a Comment