CERPEN SI DUTA GOLPUT: bagian 1
Beberapa manusia
dilahirkan mempunyai cita-cita. Ya, saya pun punya cita-cita. Saya punya
cita-cita untuk mewujudkan kotak kosong.
Karena itu saya
menulis dua buah kalimat di media sosial sebagai langkah awal:
“Golput dapat
menyelamatkan negara dari calon calon yang tidak pantas. Kotak kosong bisa
membatalkan pemilu dan pemilu dianggap tidak sah sehingga perlu diadakan calon
pengganti.”
Saya lalu menyusulnya
dengan sebuah kalimat lagi:
“selagi masih ada
ketergantungan dengan partai, maka pemimpin tidak akan bisa memimpin secara
adil.”
Salam kampanye
kawan-kawan!
Seorang pembaca
baik hati lalu menulis pertanyaan:
“Orang-orang golput memiliki kriteria
pemimpinnya sendiri?”
Saya jawab:
“Saya tidak bisa
kasih jawaban yang mewakili orang-orang golput. Saya cuman punya jawaban untuk
mewakili dari saya sendiri. Saya cuman bilang, kalau saya tidak suka dengan
sistem mencalonkan diri sendiri.”
Beberapa pembaca cerdas
pun ikut menulis komentar:
1.
“Ketergantungan kepada partai? Tuhan dong partai yah…
hehe… hebat juga yah partai itu bisa menentukan ukuran keadilan seorang
pemimpin.”
2. “Gwa ha
ha ha… Kalau merasa seperti itu, buat aja negara sendiri, maka bebas juga buat
aturan sendiri. Simpel kan?”
3. “Ahahahaha!
Ajukan diri bang sebagai pengganti! Cocok tuh hehe…”
4. “Kalau
mau golput, itu hak-hak pribadi, tapi jangan salahkan pemimpin yang terpilih
nantinya, karena anda sendiri yang memilih golput!”
5. “Salam
damai bang. Jangan memprovokasi untuk golput. Urusin aja pribadi sendiri dulu,
kalau mau urusin negara silahkan tentukan pilihannya jika ingin menjaga
kedaulatan negeri sendiri!”
Yang paling
mengerikan adalah pembaca yang menulis komentar begini:
Bersikap golput itu
setahu saya boleh di undang-undang. Hanya saja ketika mengajak orang lain untuk
golput, itu bisa kena hukumanlah!”
Hanya komentar
pembaca yang baik hati itu yang saya jawab komentarnya.
https://www.instagram.com/noorarif.m
No comments:
Post a Comment